Yang Kecil

Rasi
2 min readFeb 10, 2022

--

Suatu kali terdapat satu gerobak penjual tahu krispi dengan minyak yang telah hitam. Kala pedagang lain akan merasakan sakit di punggung dan sendi-sendi tangan kakinya, seorang ibu akan terus sehat apabila terjebak dalam situasi seperti ini. Tak satu orang menghampiri, tidak juga ia akan beranjak berdiri. Duduk dan termenung, menunggu suara orang memesan.

Hingga seseorang merapatkan dirinya pada gerobak itu. Alasannya bukan karena memang ingin membeli, melainkan sudah tak sabar menunggu antre. Namun, hal itu ditampik oleh sang ibu karena ia terlanjur sumringah oleh kunjungan seseorang pada lapaknya.

Ia laburkan dengan baik bedak putih pada tahu yang dipotong dadu, minyak hampir panas, lekas ia masukkan perlahan. Ia goreng dengan baik tahu-tahu itu, semuanya matang merata, kuningnya merata, hanya saja rezeki malam ini dinilainya kurang merata antar para pelapak.

“Bu, nggak usah ditaruh di mika. Saya nggak mau nambah sampah.”

“Sebentar, ya, Dek, Ibu cariin piring.”

“Di sini sering bayar keamanan, Bu?”

“Ya, bayar, kalau enggak bayar, nggak ada yang bantuin Ibu angkat dorong, Dek.”

“Kalau kena angkut satpol PP?”

“Pernah juga.”

“Nggak adil, ya, Bu? Mereka yang jahat, tapi kita-kita yang mlarat.”

Selagi pembeli termenung, sang ibu pun kembali membuat adonan tepung, menambahkannya air dan penyedap rasa, optimis pada rezeki yang akan datang. Tak peduli pada lapak-lapak yang kian ramai atau bahkan telah meringkaskan diri. Ia hanya perlu bertahan selagi masih bisa berdiri.

Yang kaya makin kaya, yang miskin makin terpinggir. Apakah terlahir miskin dan tak mampu memang menjadi nasib? Atau kesempatan yang tak mereka miliki? Kesempatan atau akses? Kalaupun masalah akses, seharusnya akses didapatkan oleh semua orang kecuali barang komersil. Atau bisa jadi masalah kesempatan mengakses? Pening kepala.

Mereka tak lagi mengharap uang yang besar, asal pembeli datang membawa uang, membayar sesuai persetujuan. Besar kecil menjadi masalah bagi mereka yang kecil karena mau makan apa hari esok, tergantung bahan yang bisa dipasok. Sayang, uang telah merambah jadi tuan.

Pak, jangan angkut gerobak lima ribuan milik kami!

--

--

Rasi
Rasi

Written by Rasi

karena pelajaran dapat datang dari segala sudut muka bumi, diri ini menulis untuk mencatat pelajaran tersebut, sewaktu-waktu saya mati.

No responses yet